Sejumlah wisatawan yang menghadiri Festival Pesona Meti Kei 2021 mengaku terhibur saat melihat tradisi menangkap ikan secara tradisional Suku Kei yang dalam bahasa lokalnya disebut “Wer Warat” di Pulau Pulau Tarwa Kabupaten Maluku Tenggara (Malra), Provinsi Maluku, Rabu (27/10/2021).
“Cara menangkap ikan ini sangat menarik dan unik bagi kami, caranya yang tradisonal dan dilakukan secara bersama-sama oleh orang banyak, tentu ini menarik untuk wisatawan seperti kami, dan ini pertama kalinya saya menyaksikannya,” kata Yanti, seorang wisatawan dari Jakarta, kepada ANTARA di Pulau Tarwa.
Wer Warat merupakan salah satu tradisi turun temurun masyarakat Suku Kei untuk menangkap ikan secara bersama-sama. Warga menggunakan tali yang dililit janur kuning pohon kelapa kemudian dibentangkan di tengah laut. Tali tersebut berfungsi untuk mengumpulkan ikan. Kemudian seluruh warga terutama anak-anak dan para pria menarik tali tersebut ke arah pantai, dan ikan-ikan masuk ke dalam jala yang sudah disiapkan.
“Apalagi ikan-ikannya langsung dibakar dan dimakan bersama-sama. Ini unik sekali,” kata Yanti yang bersama suaminya sejak tanggal 17 Oktober sudah datang ke Malra untuk menghadiri Festival Pesona Meti Kei (FPMK) 2021.
Hendrik Wijaya, yang juga sebagai seorang petualang (traveler) menilai, Wer Warat merupakan tradisi sekaligus kearifan lokal masyarakat Kei yang perlu dijaga dan dilestarikan karena dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah itu. Apalagi, untuk mencapai lokasi tidak mudah karena harus dua kali menggunakan pesawat dari Jakarta maupun Bali menuju Malra.
“Terus terang, datang kesini tidak gampang. Jika dengan pesawat lumayan harga tiketnya. Jika dengan kapal Pelni itu membutuhkan waktu,” kata Hendrik.
Namun, ia mengatakan perjalanan itu cukup sepadan ketika melihat begitu indah Kepulauan Kei di Malra yang banyak pulau-pulau, keindahan pulau, laut yang berwarna-warna dapat kita jumpai, pantai dan pasirnya yang putih dan halus .
“Kalau saya mau jujur, keindahan pantai Kei mengalahkan Bali, pantainya panjang, bersih, dan pasirnya mantap,” ujar Hendrik.
Menurut dia, Kepulauan Kei masih belum dipromosikan keluar negeri secara baik, meski secara domestik sudah bagus. Padahal potensinya cukup tinggi, hanya saja infrastruktur dan fasilitas-fasilitas pendukung masih kurang untuk menampung tamu dalam jumlah yang banyak.
“Seharusnya para investor mulai melirik ke sini (Kei), karena masyarakatnya ‘welcome’, tinggal bagaimana penduduk disini menjaga lingkungan agar tetap terjaga,” katanya.
Disinggun terkait FPMK, ia menilai pelaksanaannya masih ada kekurangan kemungkinan karena berlangsung saat pandemi COVID-19. Ia berharap dari penyelenggaraan festival tahun ini semua pihak harus mengintropeksi diri dan mengembangkan potensi wisata Malra.
“Saya pribadi berharap ke depan akan lebih bagus, karena alam di sini sudah mendukung, tinggal SDM-nya kemudian organisasi atau koordinasinya dan bagaimana memenejnya dengan baik. Kita tau pelaksanaan festival pasti ada kekurangan dan kelebihan, tapi kita belajar dari kekurangan supaya yang akan datang lebih maju dan baik, yang penting tujuan kita itu baik.” katanya.
FPMK 2021 berlangsung sejak 21 hingga 29 Oktober 2021, yang menampilkan berbagai acara seni dan budaya. Bupati Malra, M Thaher Hanubun menyebutkan Malra memiliki 76 objek wisata andalan dan itu belum semuanya bisa dirangkum di dalam penyelenggaraan FPMK 2021.
“Tinggal saat ini bagaimana kita memanfaatkan dan memaksimalkannya untuk menyejahterakan masyarakat,” katanya.
Ia mengatakan FPMK ditetapkan sebagai salah satu agenda pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif “Kharisma Event Nusantara tahun 2021”. Maka momentum tersebut hendaknya dimaknai sebagai suatu wahana bagi Malra untuk mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai pendukung sektor ekonomi untuk meningkatkan pendapatan bagi pelaku dan pengelola pariwisata serta mendorong investasi pariwisata Malra.
“Selain sebagai sarana untuk mengenalkan budaya dan kekayaan alam Kepulauan Kei kepada dunia, FPMK juga sebagai upaya untuk semakin menumbuhkan rasa cinta orang Kei pada daerah dan kekayaan alam serta budayanya,” demikian Thaher. [Ant](Primarakyat.com)